Minggu, 31 Januari 2021

PESONA MASJID AGUNG SURAKARTA, NILAI RELIGIUS DAN SEJARAH

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang berada di Jawa Tengah. Kota yang terkenal dengan berbagai keindahan dan budayanya. Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih merujuk kepada penyebutan umum yang dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Kata sura dalam Bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "makmur"; dengan harapan bahwa Surakarta menjadi tempat dimana penghuninya adalah orang-orang yang selalu berani berjuang untuk kebaikan serta kemakmuran negara dan bangsa. Di Kota yang indah ini terdapat sebuah warisan sejarah yang bernilai tinggi dan religius, yaitu Masjid Agung Surakarta/ Masjid AgĂȘng Karaton Surakarta Hadiningrat). Pada masa pra-kemerdekaan adalah masjid agung milik kerajaan (Surakarta Hadiningrat) dan berfungsi selain sebagai tempat ibadah juga sebagai pusat syiar Islam bagi warga kerajaan.


sumber gambar: instagram @assabica


Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Masjid ini merupakan masjid dengan katagori masjid jami', yaitu masjid yang digunakan untuk salat berjemaah dengan ukuran makmum besar (misalnya salat Jumat dan salat Ied). Dengan status sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi mendukung segala keperluan kerajaan yang terkait dengan keagamaan, seperti Grebeg dan festival Sekaten. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.





sumber gambar: instagram @assabica


Masjid Agung menempati lahan seluas 19.180 meter persegi, dengan dikelilingi pagar kokoh yang membentang. Nuansa klasik dan nyaman terpancar dari masjid ini. Membuat masjid ini sangat nyaman untuk tempat sholat, bahkan beristirahat. Bagian depan masjid terdapat para pedagang yang menjajakan berbagai kerajianan tangan khas kota Solo. Jadi kalau kalian berkunjung ke Solo, jangan lupa ya mampir di masjid ini ya. salam semangat.....




sumber gambar: instagram @assabica


 

Kamis, 14 Mei 2020

Etika Makan Seorang Muslim


Kita sebagai manusia, harus melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan kita agar dapat bertahan hidup, contohnya seperti makan. Makan dan minum tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita, bahkan tumbuhan dan hewan juga perlu makan. Namun, kita sebagai seorang muslim tidak boleh melihat makanan dan minuman itu sebagai tujuan, akan tetapi sebagai sarana. Sarana untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wata’alla. Maka, seorang muslim tidak akan mengikuti nafsunya, ia makan dan minum seperlunya saja. Bukan hidup untuk makan, tapi makan untuk hidup.

Disini akan saya paparkan etika makan yang seharusnya bagi seorang muslim, akan kami bagi menjadi 3 bagian, etika sebelum makan, etika ketika makan, dan etika setelah makan.


A.    ETIKA SEBELUM MAKAN
1.      Makanan dan minuman halal zatnya dan cara memperolehnya (halalan toyyiban), tidak bercampur dengan kotoran dan syubhat(tidak jelas kehalalannya).
2.      Meniatkan makanan dan minumannya untuk beribadah kepada Allah, agar berbuah pahala. Karena setiap amalan mubah yang diniatkan karena Allah akan menjadi sebuah ibadah.
3.      Mencuci kedua tangan.
4.      Meletakkan makanannya menyatu diatas tanah, bukan diatas meja. Karena ini lebih mendekati sikap tawadlu’.
5.      Duduk dengan tawadlu’ dengan duduk berlutut atau duduk diatas kedua tumitnya, atau mengakkan kaki kanannya dan ia duduk diatas kaki kirinya, seperti duduknya Rasulullah sallallahu alaihiwasallam.
6.      Menerima makanan yang ada, dan tidak mencacatnya. Jika ia tertarik maka ia memakannya, dan jika ia tidak tertarik ia tidak memakannya.
7.      Makan bersama orang lain, agar keberkahan terkumpul.


B.     ETIKA KETIKA SEDANG MAKAN
1.      Memulai makan dengan mengucap basmallah
2.      Mengakhiri makan dengan memuji kepada Allah
3.      Makan dengan 3 jari kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring.
4.      Mengunyah dengan baik, menjilati jari-jarinya.
5.      Jika ada makanan yang jatuh, ia mengambilnya.
6.      Tidak meniup makanan yang masih panas, tidak bernafas di air ketika minum.
7.      Menghindari kenyang yang berlebihan.
8.      Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, dan memutarkannya kepada orang dikanannya terus menerus, hingga ia menjadi orang terakhir yang memakannya.
9.      Tidak memulai makan, atau minum, sedang diruang makan atau minum terdapat orang yang lebih berhak memulainya, karena lebih tua atau kelebihan kedudukannya.


C.    ETIKA SETELAH MAKAN
1.       Berhenti sebelum kenyang.
2.       Menjilati jarinya.
3.       Mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan.
4.       Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkannya membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah subhanahu wata’alla.
5.       Memuji Allah setelah selesai makan.